Karena bukankah Allah itu lebih dekat dari urat
leher kita? Cobalah membayangkan kehadiran-Nya, mulai dari takbir hingga
selesai salam.
Tahukah mengapa kita sulit sekali sholat khusyu? Sholat yang kita lakukan,
belum membuat kita merasa nyaman. Banyak hal yang menyebabkannya.
Imam Ghazali, dalam bukunya ‘bimbingan mukmin’ menjelaskan, ada enam amalan
hati yang harus diupayakan bila ingin menikmati shalat khusyu, yaitu: 1)
kehadiran hati, 2) mengerti bacaan shalat, 3) me-Maha Agungkan Allah, 4) merasa
takut (khauf), 5)
pengharapan (roja), dan 6) malu (haya). Bila
salah satunya tidak ada, maka akan sulit merasakan kekhusyuan dalam shalat. Demikian
Imam Ghazali menuturkan.
Mari kita coba bahas satu persatu…
Kehadiran
hati, berarti kita harus sungguh-sungguh, berusaha
menghadirkan Allah dalam setiap detik sholat yang dikerjakan. Karena bukankah
Allah itu lebih dekat dari urat leher kita? Cobalah membayangkan kehadiran-Nya,
mulai dari takbir hingga selesai salam. Hadirkan Allah dan rasakan seolah-olah
Ia melihat kita. Insya Allah, ini akan menjadi jalan bagi hadirnya kekhusyuan.
Nah, sekarang coba tanya pada diri sendiri, berapa persen kita telah
berupaya menghadirkan Allah dalam shalat? Mungkin tidak sampai 10 persennya.
Makanya, kekhusyuan dalam sholat pun sulit kita raih.
Poin selanjutnya, mengerti dan memahami bacaaan shalat. Bila
sudah paham arti dari bacaan sholat yang kita lafazkan, akan lebih mudah
mengamalkan poin lainnya.
Lalu, me-Maha Agungkan Allah, adalah merasa bahwa
kita sangat rendah. Berusaha jujur mengakui kekurangan diri. Menyadari bahwa
banyak orang yang ilmu maupun amal sholihnya melebihi kita. Apalagi kepada
Allah, sangat tidak layak bila ada yang pantas untuk disombongkan. Allah
Maha Agung, dan kita ini amatlah kecil dan hina dihadapan-Nya.
Poin ke empat, tumbuhkan rasa takut (khauf). Boleh
jadi inilah sebabnya mengapa orang-orang sholih jika mau shalat, sudah
gemetaran. Sahabat Abu Bakar as-Siddiq misalnya, bila membaca ayat yang berisi
siksa dan ancaman bagi mereka yang lalai kepada-Nya, tubuhnya akan gemetar
ketakutan. Ini dikarenakan Abu Bakar merasakan takut seandainya ia
tidak diampuni dosa-dosanya.
Namun, tentu harus rasa takut (khauf) hendaknya
dibarengi perasaan berharap akan rahmat dan ampunan Allah (roja). Maka, khauf dan roja haruslah
berimbang, tidak boleh berlebihan antara satu dengan yang lainnya.
Setelah itu, harus ada rasa malu (haya). Ketika
kita malu pada suami, orangtua atau guru, tentu kita akan bersikap merendah dan
menunduk. Apalagi ketika rasa malu ini ditujukan kepada Allah. Ketundukan dan
kepatuhan menjadi sesuatu yang utama dilakukan.
Teruslah berusaha untuk senantiasa menetapkan niat dan kesungguhan agar
sholat kita dapat khusyu. Tetaplah berlatih dan berproses, semoga dengan usaha
yang tidak kenal menyerah, kita akan dibimbing Allah agar mampu khusyu dalam
shalat. Amiin…
Sumber: daaruttauhiid.org