KHUSYU DALAM SHOLAT - Raudhatul Qur'an

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Jumat, 20 Oktober 2017

KHUSYU DALAM SHOLAT

Karena bukankah Allah itu lebih dekat dari urat leher kita? Cobalah membayangkan kehadiran-Nya, mulai dari takbir hingga selesai salam.
Tahukah mengapa kita sulit sekali sholat khusyu? Sholat yang kita lakukan, belum membuat kita merasa nyaman. Banyak hal yang menyebabkannya.

Imam Ghazali, dalam bukunya ‘bimbingan mukmin’ menjelaskan, ada enam amalan hati yang harus diupayakan bila ingin menikmati shalat khusyu, yaitu: 1) kehadiran hati, 2) mengerti bacaan shalat, 3) me-Maha Agungkan Allah, 4) merasa takut (khauf), 5) pengharapan (roja), dan 6) malu (haya). Bila salah satunya tidak ada, maka akan sulit merasakan kekhusyuan dalam shalat. Demikian Imam Ghazali menuturkan.
Mari kita coba bahas satu persatu…
Kehadiran hati, berarti kita harus sungguh-sungguh, berusaha menghadirkan Allah dalam setiap detik sholat yang dikerjakan. Karena bukankah Allah itu lebih dekat dari urat leher kita? Cobalah membayangkan kehadiran-Nya, mulai dari takbir hingga selesai salam. Hadirkan Allah dan rasakan seolah-olah Ia melihat kita. Insya Allah, ini akan menjadi jalan bagi hadirnya kekhusyuan.
Nah, sekarang coba tanya pada diri sendiri, berapa persen kita telah berupaya menghadirkan Allah dalam shalat? Mungkin tidak sampai 10 persennya. Makanya, kekhusyuan dalam sholat pun sulit kita raih.
Poin selanjutnya, mengerti dan memahami bacaaan shalat. Bila sudah paham arti dari bacaan sholat yang kita lafazkan, akan lebih mudah mengamalkan poin lainnya.
Lalu, me-Maha Agungkan Allah, adalah merasa bahwa kita sangat rendah. Berusaha jujur mengakui kekurangan diri. Menyadari bahwa banyak orang yang ilmu maupun amal sholihnya melebihi kita. Apalagi kepada Allah, sangat tidak layak bila ada yang pantas untuk disombongkan. Allah Maha Agung, dan kita ini amatlah kecil dan hina dihadapan-Nya.
Poin ke empat, tumbuhkan rasa takut (khauf). Boleh jadi inilah sebabnya mengapa orang-orang sholih jika mau shalat, sudah gemetaran. Sahabat Abu Bakar as-Siddiq misalnya, bila membaca ayat yang berisi siksa dan ancaman bagi mereka yang lalai kepada-Nya, tubuhnya akan gemetar ketakutan. Ini dikarenakan Abu Bakar merasakan takut seandainya ia tidak diampuni dosa-dosanya.
Namun, tentu harus rasa takut (khauf) hendaknya dibarengi perasaan berharap akan rahmat dan ampunan Allah (roja). Maka, khauf dan roja haruslah berimbang, tidak boleh berlebihan antara satu dengan yang lainnya.
Setelah itu, harus ada rasa malu (haya). Ketika kita malu pada suami, orangtua atau guru, tentu kita akan bersikap merendah dan menunduk. Apalagi ketika rasa malu ini ditujukan kepada Allah. Ketundukan dan kepatuhan menjadi sesuatu yang utama dilakukan.
Teruslah berusaha untuk senantiasa menetapkan niat dan kesungguhan agar sholat kita dapat khusyu. Tetaplah berlatih dan berproses, semoga dengan usaha yang tidak kenal menyerah, kita akan dibimbing Allah agar mampu khusyu dalam shalat. Amiin…

Sumber: daaruttauhiid.org

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages